Kuartal I-2019, Facebook Hapus 2,2 Miliar Akun Palsu 

Kuartal I-2019, Facebook Hapus 2,2 Miliar Akun Palsu 

Metroterkini.com - Dalam tiga bulan terakhir atau pada kuartal I-2019, facebook mengklaim telah menghapus 2,2 miliar akun palsu. Ini merupakan rekor tertinggi bagi perusahaan dalam kebijakan penghapusan akun. 

Menurut facebook, sebelumnya telah menonaktifkan 1,2 miliar akun. Di kuartal yang sama tahun 2017, Facebook telah menghapus 694 juta pengguna. Angka 2,2 miliar itu rupanya hanya kurang sedikit dari pengguna aktif bulanan Facebook yang berkisar 2,38 miliar di seluruh dunia. 

Mulai tahun 2020, perusahaan berlogo biru ini akan mulai merilis laporan penghapusan pengguna akun setiap 3 bulan sekali, bukan setahun dua kali. Perusahaan ini pun akan mulai mengawasi akun palsu di instagram. 

"Penghapusan akun palsu sama pentingnya dengan pelaporan keuangan. jadi kami harus melakukannya sesering itu," kata CEO Facebook Mark Zuckerberg dikutip CNN, Sabtu (25/5/2019). 

"Memahami prevalensi konten berbahaya akan membantu perusahaan dan pemerintah merancang sistem yang lebih baik untuk menghadapinya. Saya percaya setiap layanan internet besar harus melakukan ini," ucap Zuckerberg. 

Dalam laporan yang dikeluarkan Facebook Kamis (23/5/2019) waktu setempat, disebutkan bahwa terdapat 25 dari 10.000 tampilan konten (menonton video dan melihat foto) mengandung unsur kekerasan dan melanggar kebijakan Facebook. 

Selain itu Facebook juga menindaklanjuti penjualan ilegal senjata api dan narkoba. Selama kuartal I, sistem Facebook bahkan menandai 88,3 persen konten narkoba dan 69,9 persen konten senjata api sebelum penggunanya melapor. 

Facebook sendiri melarang transaksi jual beli obat-obatan dan senjata api maupun amunisi dalam platformnya. Pengguna pun bisa mengajukan banding untuk pemulihan konten yang Facebook anggap sebagai konten berbahaya. 

Seterusnya, Facebook akan mempertimbangkan untuk pemulihan selama tidak mengandung unsur kejahatan ekstrim. Data dalam laporan itu menyebut, Facebook telah menandai 19,4 juta konten berbahaya di kuartal I. 

Dari jumlah tesebut terdapat 2,1 juta konten yang mengajukan banding dan hanya 453.000 konten yang dipulihkan. Kendati mampu mendeteksi penjualan obat-obatan dan senjata berbahaya.

Pihak Facebook mengaku belum bisa sepenuhnya menjaring hate speech atau ujaran kebencian yang marak di platformnya. Namun, Wakil Presiden Facebook untuk operasi global Justin Osofsky mengatakan, penjaringan hate speech tesebut sudah makin membaik dari tahun ke tahun. 

"Kecerdasan buatan kami masih belum bisa lakukan dengan baik adalah memahami konteks hate speech. Tapi sudah lebih baik dari tahun ke tahun," ucap Osofsky. 

Hal itu terlihat dari persentase ujaran kebencian yang teridentifikasi Facebook yang menjadi 65,4 persen pada kuartal I-2019 dibandingkan kuartal III-2018 yang mencapai 51,5 persen. Untuk memaksimalkan penjaringan hate speech, Osofsky mengatakan pihaknya akan memulai program percontohan yang mana para pengulas konten akan terfokus pada ujaran kebencian. 

"Tujuannya adalah agar para pengulas itu memiliki 'pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana manifestasi ucapan kebencian sehingga mampu menjaring lebih akurat," katanya. [***]

Berita Lainnya

Index